Pages

Kamis, 26 Desember 2013

Sejarah Singkat Pemerintahan Ali bin Abi Thalib

Sejarah Singkat Pemerintahan Ali bin Abi Thalib

Abstaksi

            Setelah wafatnya nabi Muhammad SAW,  kekuasaan dan pemerintahan Islam digantikan oleh sahabat nabi.  Fungsi nabi Muhammad SAW  sebagai  rosul memang tidak dapat digantikan oleh siapapun, tetapi  sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus ada yang menggantikan. Tugas itu diemban oleh keempat sahabat terdekatnya yang diberi gelar Khulafa’ur Rasyidin.
            Dari keempat sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang pertama masuk Islam dari golongan pemuda. Sejak kecil dia diasuh oleh nabi karena pada waktu itu Abu Thalib sedang mengalami masa sulit dan dia tidak bisa memberi makan keempat anaknya. Ayah Ali yang juga merupakan paman nabi adalah orang yang juga pernah mengasuh nabi ketika kakek nabi meninggal. Nabi ingin membalas budi kebaikan pamannya dengan mengasuh dan mendidik Ali. Di bawah asuhan nabi, Ali menjadi pribadi yang kuat, cakap, cerdas, dan disiplin. Dia selalu menuruti segala perintah nabi, hingga semua ajaran yang diberikan oleh nabi diterima dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

            Ketika nabi berdakwah tentang Islam kepadanya, Ali dengan mantap masuk Islam dan siap membela nabi dalam situasi apapun. Dia siap ikut serta dalam setiap peperangan melawan kaum kafir Quraisy. Dia senantiasa di barisan depan dan mengangkat pedang untuk menebas leher kaum kafir tanpa takut mati.
            Nabi sangat menyayangi Ali, karena meskipun masih muda tetapi dia mempunyai bakat yang luar biasa. Dia fasih dalam berbicara, dan memiliki wawasan luas tentang Islam. Untuk mempererat tali persaudaraan, maka Ali dinikahkan dengan putri nabi yang bernama Fatimah. Ali adalah satu-satunya menantu nabi yang memiliki keturunan hingga sampai pada generasi sekarang.
            Ali bin Abi Thalib adalah khalifah terakhir yang menggantikan kepemimpinan nabi. Usianya yang masih muda ketika nabi wafat, tidak memungkinkan Ali untuk menjadi khalifah. Sehingga sahabat yang pertama dipercaya untuk menjadi khalifah adalah Abu Bakar Ash-Sidiq. Kemudian setelah beliau wafat, pemerintahan diserahkan kepada Umar bin Khatab yang dipilih langsung oleh Abu Bakar, dan khalifah yang ketiga adalah Usman bin Affan. Pasukan umat Islam dibawah kepemimpinan para sahabat mampu menaklukan daerah di luar jazirah Arab. Kemudian perjuangan umat Islam untuk memperluas ajarannya dan memerangi orang kafir diteruskan oleh Ali bin Abu Tholib yang merupakan khalifah terakhir dari golongan sahabat terdekat nabi.
            Karena kegigihan Ali dalam membela Islam, beliau selalu mendukung siapapun yang menjadi khalifah pada masa itu. Banyaknya musuh yang mati ditangan Ali menyebabkan beliau disegani sekaligus mempunyai musuh yang secara terang-terangan membenci Ali ataupun kebencian yang tidak ditampakkan.
            Kaum kafir memang selalu menentang ajaran nabi Muhammad, termasuk keempat sahabat nabi yang menjadi pengganti nabi dalam memegang pemerintahanpun akan selalu dimusuhi oleh orang-orang kafir. Sehingga untuk menjadi seorang pemimpin pada masa itu harus siap mempertaruhkan nyawanya demi tegaknya Islam. Dan hal itu telah dibuktikan oleh para sahabat yang siap berjuang mati-matian dan pada akhirnya meninggal ditangan musuh.

A.    Pemerintahan Khulafa’ur Rasyidin pada Masa Ali bin Abi Thalib
            Ali bin Abi Thalib adalah keturunan dari Bani Hasyim. Beliau dilahirkan pada tanggal 13 Rajab Hejez, Makkah, sekitar tahun 600 Masehi atau 10 tahun sebelum kenabian Muhammad. Ibunya bernama Fatimah binti Asad. Dia diberi nama Haidar oleh ibunya tetapi ayahnya memberi nama Ali. Hingga sekarang nama Ali lebih banyak dikenal dikalangan umat Islam.
            Ali bin Abi Thalib adalah saudara sekaligus sahabat terdekat nabi. Beliau dibesarkan dalam rumah tangga Nabi dan meresapi cita-cita yang dijunjung  tinggi Muhammad. Sejak kecil Ali dididik untuk menjadi pemuda yang tangkas. Pemuda yang pemberani dan kuat. Tampaknya Ali adalah pilihan terbaik. Beliau mewarisi sebagian sifat nabi dalam banyak hal sehingga nabi sangat menyayanginya.
            Ali adalah salah satu dari assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama memeluk Islam) dari golongan anak-anak. Ali kecil masuk Islam tanpa keraguan sedikitpun. Beliau sangat rajin dan gigih dalam menjalankan syari’at agamanya. Meskipun masih muda tetapi keimanannya sangatlah kuat. Beliau selalu melaksanakan perintah dan perkataan nabi. Apapun yang dilarang oleh nabi tidak  pernah dilanggarnya.
            Ketika Ali sudah beranjak dewasa, beliau hampir selalu ikut serta dalam setiap peperangan nabi dalam melawan kaum kafir. Ali selalu dibarisan depan dengan mengangkat pedang. Beliau tidak takut ataupun gentar dalam memerangi kekafiran. Bahkan Ali selalu siap menjadi tameng untuk nabi. Tak terhitung berapa banyak darah yang ditumpahkannya, berapa banyak leher yang tertebas oleh pedangnya. Hingga menyebabkan banyak orang yang memusuhi dan menyimpan dendam padanya
            Sepeninggal nabi Muhammad, terjadi perdebatan mengenai siapa yang berhak menjadi khalifah pengganti nabi dalam memimpin pemerintahan. Tidak adanya wasiat dari nabi tentang siapa yang akan menjadi penggantinya, menyebabkan para sahabat dan orang mukmin bingung dan gelisah dalam menentukan pemimpin selanjutnya. Jika dipilih dari orang terdekat nabi, maka Ali lah yang pantas menggantikan nabi. Tetapi hal itu tidak disetujui oleh bangsa Arab dan khususnya orang yang tidak suka dengan Ali. Alasan yang dikemukakan waktu itu karena Ali masih terlalu muda dan belum cukup umur untuk menjadi khalifah. Sudah menjadi tradisi bangsa Arab bahwa yang menjadi pemimpin adalah orang yang berusia lebih dari 40 tahun dan oarang itu haruslah keturunan bangsa Arab. Mengapa demikian? Karena bangsa Arab khususnya kaum Quraisy adalah orang yang sangat kuat dan unggul dalam segala hal. Bahkan kemampuanya dalam pemerintahan telah diakui di seluruh jazirah.
            Akhirnya, Abu Bakar memimpin sebuah rapat guna membahas dan menentukan siapa yang akan menggantikan Muhammad. Beliau berpidato di hadapan semua sahabat-sahabat dan orang mukmin dengan mengatakan bahwa yang pantas menjadi khalifah setelah Muhammad adalah orang Arab keturunan Quraisy. Setelah terjadi perdebatan dan perbedaan pendapat, akhirnya disepakati dan disetujui bahwa Abu Bakarlah yang akan menggantikan nabi menjadi khalifah. Para sahabat kemudian membai’at Abu Bakar. Pada saat pembai’atan, Ali tidak datang karena masih setia menunggui istrinya, Fatimah, yang juga putri Muhammad yang masih berduka karena ditinggal oleh ayahnya. Meskipun begitu, Ali tetap mendukung siapapun yang menjadi khalifah.
            Sepeninggal nabi Muhammad, pemerintahan dipegang oleh keempat sahabat terdekat beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Kepemimpinan Abu Bakar berakhir dengan kejayaan yang diraih umat  Islam. Beliau meninggal dan digantikan oleh Umar bin Khatab. Islam semakin kuat dengan pemeluknya yang semakin banyak dan daerah kekuasaan yang luas. Tidak begitu lama memimpin, Umar meninggal dan kemudian digantikan oleh Usman bin Affan. Setelah melewati masa-masa gemilang, khalifah Usman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa dengan tabiat Khalifah. Pada akhir masa pemerintahannya, beliau dibunuh oleh pemberontak yang menyimpan dendam kepada Khalifah.
            Beberapa hari setelah pembunuhan Usman, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar kaum muslimin. Ketika akan dilaksanakan pembai’atan, Ali menayakan keberadaan Talhah dan Zubair. Mereka adalah senior yang paling unggul diantara kaum muslim kebanyakan. Merekalah yang berhak menentukan dan membai’at siapa yang akan menjadi khalifah. Karena ketidakhadiran mereka, mau tak mau para muslim kebanyakan membai’at Ali.
            Ali resmi menjadi khalifah setelah menyatakan sumpah setianya. Meskipun banyak yang tidak setuju atas pengangkatan Ali, namun pada kenyataannya Ali tetap menjadi khalifah. Tidak ada alasan lain untuk tidak menjadikan Ali sebagai khalifah. Dahulu, setelah meninggalnya nabi, Ali tidak memungkinkan untuk menjadi khalifah karena alasan umur. Tetapi setelah Usman meninggal, tidak ada lagi yang menghalangi Ali untuk menjadi khalifah dari segi usia.
            Selama masa pemerintahan Ali, banyak terjadi pergolakan. Pihak oposisi semakin memperlihatkan ketidaksenangannya kepada khalifah Ali. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Bahkan mereka semakin berani tampil dimuka untuk menyatakan kebenciannya kepada Ali. Orang-orang yang terang-terangan membenci Ali adalah sebagian besar kaum elite. Mereka bisa bersikap seenaknya dan memiliki harta yang berlimpah ketika masa khalifah Usman. Setelah Ali menjadi khalifah, kesenangan mereka semakin terancam. Mereka tidak rela jika harta yang mereka punya dari rakyat diambil.
            Ali mulai menjalankan kebijakan politiknya dalam pemerintahan. Diantara kebijakannya itu adalah memecat kepala-kepala daerah angkatan Usman dan mengganti dengan kepala daerah yang baru, mengambil kembali tanah yang dibagikan Usman kepada kerabatnya tanpa  jalan yang sah. Pemecatan yang dilakukan Ali bukan tanpa alasan. Beliau yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Sifat Ali yang gigih dalam membela kebenaran dan memerangi kebathilan, tidak menjadikannya takut akan segala konsekuensi yang akan diterima. Dia berprinsip bahwa kebenaran harus ditegakkan dan jangan pernah menutupi kebohongan.
            Pemberontakan pertama secara terang-terangan dilakukan oleh Talhah dan Zubair. Mereka dahulu adalah pengikut Ali yang setia. Mereka telah bersumpah akan membela Ali dalam setiap peperangan, tetapi mereka sendiri pula yang menghianat janji itu. Ketika Usman menjadi Khalifah, mereka berdua yang mendukung Ali untuk menggantikan posisi Usman. Tetapi setelah Ali menjadi khalifah, mereka berbalik menyerang dan menyatakan kebencian terhadap Ali.
            Zubair dan Talhah mencari cara untuk menjatuhkan pemerintahan Ali. Mereka membuat persekongkolan agar kebusukan mereka tidak terlihat tetapi sebaliknya agar kebusukan itu seolah-olah datang dari Ali. Talhah dan Zubair menuntut khalifah agar segera mencari pembunuh Usman dan mengadilinya. Ketika Aisyah, istri Muhammad kembali dari Makkah, dia terkejut karena Ali telah diangkat menjadi khalifah. Ada rasa tidak suka terhadap Ali. Atas dukungan dari Abdullah, putra Zubair, akhirnya Aisyah ikut serta dalam rencana menutut agar Ali menangkap pembunuh Usman.
            Sebgai istri Rosululloh, Aisyah sadar akan kekeliruannya menuntut balas atas kematian Usman. Sebenarnya bukanlah itu alasan satu-satunya untuk menjatuhkan Ali. Mengapa Aisyah bersikeras ingin menuntut bela atas kematian Usman kepada khalifah Ali ? Aisyah memiliki alasan tersendiri dibalik itu. Ketika Aisyah terkena fitnah yang dilancarkan oleh seorang munafik besar, Abdullah bin Ubey, Ali pernah menunjukkan sikap yang sangat menyakiti hati Aisyah. Fitnah itu berupa desas-desus bahwa Aisyah berbuat serong kepada pemuda lain. Isu itu menyebar cepat hingga terdengar oleh nabi. Aisyah merasa dipermalukan oleh Ali. Aisyah berjanji akan membalas perlakuan Ali terhadapnya.
            Talhah, Zubair, dan Aisyah bersikeras menuntut agar Khalifah Ali segera mencari pembunuh Usman dengan membawa baju yang berlumuran darah ke hadapan Ali. Tuntutan mereka itu tidak mungkin dikabulkan oleh Ali hanya dalam waktu singkat.  Tugas utama yang akan dialkukan Ali dalam situasi kritis ini adalah memulihkan ketertiban dan mengkonsolidasikan kedudukan kekhalifahan. Selain itu, menghukum para pembunuh bukanlah perkara mudah karena khalifah Usman tidak hanya dibunuh oleh satu orang. Alasan itulah yang semakin membuat Talhah dan kawan-kawan kecewa dan semakin marah kepada Ali.
            Penyelesaian secara damai tidak didapat hingga akhirnya meletuslah perang  Jamal (unta).  Dikatakan perang jamal karena Aisyah ikut dalam peperangan ini dengan mengendarai unta. Aiysah telah terhasut oleh Abdullah, putra Zubair, yang ingin menjadi khalifah menggantikan Ali. Abdullah memanfaatkan seseorang yang tepat yaitu Aisyah yang juga tidak suka dengan khalifah Ali. Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian ini, tetapi hal ini sulit dicapai. Maka kontak senjatapun tidak dapat dihindari. Banyak pasukan Talhah yang terbunuh. Zubair dan Talhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
            Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur Damaskus, Mu’awiyah. Pemecatan gubernur yang dilakukan Ali membuat Mu’wiyah dan gubernur lain kehilangan jabatan dan kekuasaan.     Pertentangan antara Ali dan Mu’awiyah berlanjut hingga terjadi perang Shiffin. Perang antarumat muslim ini adalah perang kedua setelah berakhirnya perang jamal.
            Kekuasaan Mu’awiyah yang sudah berakar kuat di Damaskus dan Mu’awiyah sendiri tahu bahwa pasukan Ali semakin lemah setelah terjadi perang jamal. Pengaruh Mu’awiyah di Damaskus semakin kuat karena dia telah sekian lama memerintah di negri yang kaya raya itu. Para penduduknya ikut mendukung Mu’awiyah dalam pertempuran tersebut. Politikus yang terkenal licin dan pintarpun telah menggabungkan diri dengan Mu’awiyah. Semakin kuatlah tentara Mu’awiyah. Tetapi sedikitpun Ali tidak gentar. Beliau tetap memberi semangat kepada pasukannya, sehingga kemenangan sudah membayang bagi pasukan Ali. Mu’awiyah cemas dan takut jika dia benar-benar mengalami kekalahan. Akhirnya, Mu’awiyah menyuruh Amr bin Ash untuk menjalankan siasatnya. Dia menyuruh semua pasukannya untuk meletakkan mushaf di ujung tombaknya sebagai tanda perdamaian. Seruan Mu’awiyah disambut baik oleh pasukan Ali. Perang ini diakhiri dengan tahkim(arbitrase), tapi ternyata tahkim tidak menyelesaikan masalah karena dibalik itu semua Amr bin Ash sedang menjalankan siasatnya.
            Peristiwa tahkim ini sangat menguntungkan Mu’awiyah, tetapi menjadikan pasukan Ali menjadi terpecah belah. Banyak pengikut Ali yang keluar dan menamakan dirinya kaum Khawarij. Sedangkan pasukan yang masih setia menjadi pengikut Ali menamakan dirinya golongan Syi’ah. Ali masih berusaha untuk mengembalikan mereka kepada kebenaran, tetapi tidak berhasil. Kaum Khawarij telah menyatakan bahwa Ali dan Mu’awiyah adalah salah dan mereka harus diperangi.  
B.     Penutup
            Tentara Ali semakin lemah, sementar kekuatan Mu’awiyah bertambah besar. Mu’awiyah berhasil menguasai Mesir. Akhirnya Khalifah Ali terpaksa menyetujui perdamaian dengan Mu’awiyah yang secara politis berarti Khalifah mengakui keabsahan kepemilikan Mu’awiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa diduga ternyata membuat kaum Khawarij marah. Mereka menghukum orang-orang yang tidak disukai. Ketika itu, tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661 M) Khalifah berhasil ditikam oleh Ibnu Muljam anggota kaum Khawarij yang fanatik. Ali dikuburkan secara rahasia di Darul Imarah, Kuffah, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.Selanjutnya kekhalifahan dipegang oleh keluarga Bani Umayyah secara turun temurun dengan khalifah pertama Mu’awiyah. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Khulafaur Rasyidin

KESIMPULAN
            Ali bin abi thalib salah satu orang terdekat Nabi Muhammad SAW, yang tumbuh di bawah asuhan Nabi SAW, beliau juga termasuk orang-orang yang dahulu masuk islam. Pada saat Usman wafatpun beliau dibaiat oleh kaum muslimin menjadi kholifah yang ke-4.
Semasa kepemimpinanya beliau berusaha mengembalikan masa-masa seperti para khalifah pendahulunya yang penuh dengan kedamaian, tidak banyak perselisihan dan pergolakan politik antar umat islam. Akan tetapi, masalah yang dihadapi terlalu rumit, hasil dari penumpukan masalah dari masa khalifah sebelumnya. Mulai dari kasus pembunuhan usman yang tak kunjung mendapat solusi, dampak kebijakan-kebijakan usman yang kontroversial, belum lagi sifat ingin memiliki kekuasaan dari berbagai pihak.
            Kebijakan-kebijakan Ali yang notabene berniat memperbaiki keadaan justru mendapat  perlawanan terutama dari muawiyah dan pejabat-pejabat lainnya yang dipecat Ali. Kemudian muncul golongan khawarij yang menyatakan Ali dan Muawiyah adalah penyebab utama perang saudara dan mereka harus diperangi.
            Hingga akhirnya, muawiyah dengan kekuatan politik dan militernya mampu mengambil alih kekuasaan dalam sistem monarkinya sedangkan ali terbunuh di tangan orang khawarij yang fanatik dengan motif balas dendam sebagai dampak dari perang saudara.
           









           


DAFTAR PUSTAKA

Mufrodi, Dr. Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. 1997. Jakarta : Logos Wacana Ilmu
Yatim, Dr. Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2000. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Amstrong, Karen. Sejarah Islam Singkat. 2008. Yogyakarta : Elbanin Media
Syalabi, Dr. A.  Sejarah Kebudayaan Islam 2. 2000. Jakarta : Mutiara Sumber Widya





            

0 komentar:

Posting Komentar