Ulumul Hadis I
Mata Kuliah : Ilmu Hadits
Dosen pengampu : Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag. M.Si
Dosen pengampu : Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag. M.Si
Di Susun Oleh :
Abdullah Zahir (11530097)
TH - D
Abdullah Zahir (11530097)
TH - D
FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS UIN SUNAK KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
JURUSAN TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS UIN SUNAK KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
KELOMPOK
I
PENGERTIAN
HADITS, SINONIMNYA DAN UNSUR-UNSUR DIDALAMNYA
J. Pengertian Hadits
-
Secara bahasa
:
§ Baru
§ Bayan Al-Quran
§ Kabar
-
Secara
istilah :
§ Informasi mengenai Nabi dan datang dari Nabi dari
segala perihal hidupnya
J. Macam-macam asal hadits :
Ø . Perkataan Nabi
Ø . Perbuatan Nabi
Ø . Pengakuan Nabi
Ø . Sifat/keadaan Nabi
J. Sinonim Hadits :
Ø . Khabar :
berita yang datang dari Nabi
Ø . Atsar :
jejak/ warisan yang datang dari nabi
Ø . Sunnah :
perkara yang disandarkan pada Nabi
J. Beberapa ulama’ mengatakan bahwa sunnah dan hadits berbeda sebab
dalam beberapa pendapat mengatakan bahwa sunnah adalah tradisi atau adat yang
sering dilakukan rasul secara langsung dan kemudian dilakukan oleh para sahabat
dan seterusnya sedangkan hadits yakni apa yang diriwayatkan para sahabat dari
segala informasi kehidupan beliau.
J. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat
:
v . ditinjau dari subyek yang menjadi sumber
asalnya
-
Pengertian
hadits dan sunnah sama
v . ditinjau dari segi kualitas amaliyah dan
periwayatannya
-
Hadist berada
di bawah sunnah
v . ditinjau dari segi kekuatan hukumnya
-
Al-Qur an
-
As-Sunnah
-
Al-Hadits
J. Akan tetapi istilah Hadist tidak dipisahkan dari sunnah, maka
urutunya :
-
Al-Qur an
-
As-Sunnah
(Al-Hadits)
J. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam hadits :
-
Rawi (periwayat)
-
Sanad (sandaran)
-
Matan (isi hadits)
Dari beberapa unsur
di atas masih ada pula istilah lainnnya :
-
Istikhraj ( mengeluarkan/menukil hadits dari
sebuah kitab hadits )
-
Mukharrij ( orang yang mengeluarkan/menukil hadits )
-
Takhrij ( menjelaskan kitab hadits yang menjadi
sumber hadits dikelurkan/dinukil )
-
Mustakhraj ( sumber kitab hadits yang darinya
hadits itu dikeluarkan )
J. Hadits Qudsi
-
Makna dari
Allah SWT dan lafadl dari Nabi Muhammad SAW
-
Di sebut juga
Hadits Rabbany – Hadits Ilahi
Ø Perbedaan antara Hadits Qudsy Dan Hadits Nabawi
-
Hadits Qudsy
diriwayatkan dari ALLAH
-
Hadits Nabawi
diriwayatkan dari RASUL
-
Hadits Qudsy
kalimat depannya
قا ل الله ........., atau يقول الله ....., atau قال رسوا الله فيما يرويه عن الله ....,
قا ل الله ........., atau يقول الله ....., atau قال رسوا الله فيما يرويه عن الله ....,
-
Hadits Nabawi
Kalimat depannya
قال رسوا الله......,
قال رسوا الله......,
Ø Perbedaan antara Al-Qur an dan Hadits Qudsy
-
Membaca AQ
berpahala sedangkan HQ tidak
-
AQ makna dan
lafadl dari ALLAH sedangkan HQ hanya makna dari ALLAH
-
AQ Mukjizat
dan Mutawatir sedangkan HQ tidak
-
AQ wajib
dibaca dalam shalat sedangkan HQ tidak
-
Membaca AQ
harus suci dari hadats sedangkan HQ tidak
-
Dalam AQ ada
surah, juz, dan ayat sedangkan HQ tidak
-
AQ diturunkan
melalui perantara jibril sedangkan HQ langsung kepada rasul melalui ilham atau mimpi
KELOMPOK
II
SEJARAH
PERKEMBANGAN HADITS PADA MASA RASULULLAH SAW
J. Kebijaksanaan Rasulullah tentang Haditsnya :
a.
Rasulullah memerintahkan
kepada para sahabat untuk menghafal dan menyampaikan/menyebarkan Hadits-hadits
beliau
-
Untuk
menyebarkan ajaran islam dan untuk
kepentingan islam sehingga AQ dan AH disebarkan bersama
b.
Rasulullah
melarang para sahabat untuk menulis Hadits
-
Takut
bercampur antara ayat Al-Qur an dan Hadits
c.
Rasulullah
memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis Hadits-haditsnya
-
Ditulis oleh
beberapa sahabat yang hanya diperintahkan oleh Rasulullah
Ø Dalam pembahasan kebijakan rasul yang kedua dan
ketiga yang bertentangan ada beberapa pendapat ulama yang menengahi :
§ Bahwa larangan menulis hadits itu sudah di mansukh
§ Bahwa larangan itu bersifat umum, sedang untuk
beberapa sahabat khusus diizinkan
§ Bahwa larangan tersebut ditujukan kepada mereka
yang ingin mencampur-addukan AQ dan AH
§ Bahwa larangan itu hanya yang berniat
menjadikannya mushaf/buku seperti AQ
§ Bahwa larangan itu karena wahyu yang turun belum
dihafal dan dicatat,sedang setelah wahyu dihafal dan dicatat menulis Hadits
diizinkan
J. Shahifah (catatan) Hadits pada zaman Rasulullah
-
Beberapa
sahabat yang mencatat Hadits pada zaman Rasulullah :
Abdullah
Ibnu Amr Ibnu Ash (As-Shahifah
Asshodiqoh)
Jabir bin
Abdullah Al-Anshari (Shahifah Jabir)
Abdullah
bin Abi Aufa (Shahifah
Abdullah bin abi aufa)
Samurah
bin Jundab
Ali bin
Abi Thalib
Abdullah
bin Abbas
Abu Bakar
Ash-Shiddiq
J. Peristiwa dan cara penyampaian Hadits
Pada
majelis-majelis Rasulullah
Pada
peristiwa yang Rasulullah mengalaminya kemudian beliau menerangkan hukumnya
Pada
peristiwa ang dialami oleh kaum muslimin, kemudian menanyakan hukumnya kepada
Rasulullah
Pada peristiwa
yang disaksikan langsung oleh para sahabat terhadap apa yang terjadi atau
dilakukan Rasulullah
J. Cara-cara Sahabat menerima Hadits Rasulullah
Secara
langsung dari Rasul
-
Mendengar,
melihat/menyaksikan apa yang disabdakan Rasul secara langsung
Secara tidak
langsung
-
Mendengar apa
yang disabdakan oleh Rasul tidak secara langsung melainkan dari sahabat yang
hadir ketika itu
J. Cara-cara Sahabat menyampaikan Hadits Rasulullah
Dengan Lafadz
asli/secara Lafdziyah
-
Yakni menurut
lafadz yang mereka terima dari Rasul
Dengan Makna
saja/secara maknawy
-
Yakni
mengemukakan makna saja tidak dengan lafadz yang mereka dengar dari
Rasul
J. Sebab-sebab para sahabat tidak sederajat pengetahuannya tentang
Hadits
Tempat
tinggal jauh
-
Sedikit
informasi yang didengar tentang Hadits
Kesibukan
sehari-hari
-
Sulitnya
menghadiri majelis Rasul
Intelektual
dan kecakapan
-
Perbedaan
kecepatan dan lebih dalam pemahaman tentang Hadits Rasul
Keintiman/keakraban
pergaulannya dengan Nabi
-
Yang dekat
banyak informasi yang jauh lebih sedikit
Masa cepat
atau lambatnya masuk islam
-
Yang lebih
dahulu islam lebih banyak tahu sedang yang yang baru islam sedikit tahu
KELOMPOK
III
SANAD
DAN ILMU HADITS
J. Secara bahasa sanad adalah :
-
sandaran,yang dapat dipegang/ dipercayai
-
kaki
bukit/ kaki gunung
-
thariq /
wajh
J. Secara istilah sanad adalah :
-
jalan rawi
menerima hadits dari para pendahulunya hingga sampai pada sahabat serta nabi sebagai
sandaran riwayat
J. Dalam hubungannya dengan istilah sanad dikenal beberapa istilah
lainnya :
-
Musnid : orang yang menerangkan hadits dengan
menyebutkna sanadnya
-
Musnad : hadits yang disebut dengan menerangkan
seluruh sanadnya yang sampai
pada Nabi SAW
pada Nabi SAW
-
Isnad : menerangkan atau menjelaskan
sanadnya hadits (jalan datngnya hadits)
atau cara menyandarkan Hadits
atau cara menyandarkan Hadits
ü . Dalam Ilmu Hadits dikenal denga istilah “shighat
sanad” artinya : lafadz-
lafadz yang ada
dalam sanad yang digunakan oleh para perawi pada waktu
menyampaikan hadits atau riwayat.
menyampaikan hadits atau riwayat.
v Shighat isnad ada
delapan tingkatan dari yang pertama paling tinggi hingga yang terakhir paling
rendah :
Martabat I : jika shighatnya
saya/kami telah mendengar dari.., ia telah menceritakan kepadaku/kami .., ia
telah berkata kepadaku/kami.., ia telah menyebutkan kepadaku/kami
Martabat II : jika
shighatnya ia telah mengabarkan kepadaku, saya telah membaca padanya
Martabat III : jika shighatnya mengabarkan
pada kami, dibaca padanya dan saya mendengar, kami telah membaca padanya
Martabat IV : jika
shighatnya Ia telah memberi tahu kepadaku/kami
Martabat V : jika shighatnya Ia
telah menyerahkan kepadaku
Martabat VI : jika
shighatnya Ia telah mengucapkan kepadaku
Martabat VII : jika shighatnya Ia telah
menulis kepadaku
Martabat VIII : jika shighatnya dari..,
sesungguhnya.., saya dapati dalam kitab saya dari..., ia telah meriwayatkan..,
ia telah berkata.., ia telah menyebut..,
telah sampai kepadaku.., saya telah memperoleh dengan tulisan si...,
J. Pengertian Ilmu Hadits
-
Ilmu yang berpautan tentang Hadits
J. Ilmu Hadits dibagi menjadi dua bagian
1.
Ilmu Hadits
Riwayah
-
Ilmu yang
membahas atau untuk mengetahui segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW, baik
sabdanya, perbuatannya, taqrirnya, dsb
-
Dalam ilmu
ini tidak dibahas masalah cacat/kejanggalan yang terdapat dalam hadits yakni
mengenai cacat tidaknya matan, bersambung tidaknya sanad, dsb
-
Objek
pembahasan ilmu ini adalah mengetahui pribadi nabi dari segi sabdanya,
perbuatannya, taqrirnya, dan sifat-sifatnya.
-
Faedah ilmu
ini : untuk mengetahui segala apapun yang berpautan dengan Nabi dalam usaha
memahami dan mengamalkan ajaran beliau guna memperoleh kemenangan dunia dan
akhirat
2.
Ilmu Hadits
Dirayah
-
Ilmu yang
mempelajari tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan,
cara-cara menerima dan menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi, dsb.
-
Objek
pembahasan ilmu ini adalah keadaan matan, sanad dan perawi Hadits
-
Faedah ilmu
ini : untuk mengetahui dan menetapkan tentang Maqbul (dapat diterima) dan
mardudnya (ditolak) suatu hadits Nabi SAW.
-
Ilmu ini merupakan mizan (neraca) yang harus
dipergunakan untuk menelurusi dan memahami lebih dalam Hadits Riwayah
J. Ilmu hadits yang terus kemudian berkembang dari waktu ke waktu
menjadikan Hadits memiliki beberapa cabang menilik dari aspek pembahasan yang
berbeda-beda di dalamnya mengenai, matan sanad, rawi, dsb.
v Cabang-cabang ilmu hadits yang dikelompokkan
menurut pokok masalah yang dibahasnya dapat diklasifikasikan seperti dibawah
ini :
Cabang-cabang ilmu hadits
yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad dan rawi :
a.
Ilmu
rijalul Hadits
-
Membahas
secara umum hal ihwal kehidupan para perawi dari golongan sahabat, tabi’in dan
tabi’it tabi’in.
b.
Ilmu
Thabaqatir Ruwah
-
Membahas
tentang keadaan rawi berdasarkan pengelompokan keadaan para perawi
secara tertentu.
c.
Ilmu
Tarikh Rijal Hadits
-
Membahas
tentang rawi yang menjadi sanad suatu Hadits mengenai tanggal lahirnya,
silsilahnya/keturunannya, guru-guru yang pernah memberikan Hadits padanya,
jumlah Hadits yang diriwayatkan serta murid-murid yang pernah mengambil hadits
darinya.
d.
Ilmu
Jarhi Wat Ta’dil
-
Membahas
tentang hal ihwal para rawi dalam bidang mengeritik keaibannya dan memuji
keadilannya, dengan norma-norma tertentu, sehingga dengan demikina dapat ditentukan
siapa diantara para rawi itu yang dapat diterima atau ditolak hadits yang
diriwayatkannya.
KELOMPOK
IV
MATAN
DAN ILMU HADITS YANG BERKAITAN DENGANNYA
J. Pengertian matan
-
Secara bahasa
:
§ Punggung jalan
§ Tanah yang keras atau tinggi
-
Secara istilah
:
§ Materi berita yang berupa sabda, perbuatan dan
taqrir Nabi SAW. Yang terletak setelah sanad terakhir
§ Selain sesuatu pembicaraan yang berasal/tentang
Nabi, juga berasal/tentang sahabat atau tabi’in
Cabang-cabang
ilmu Hadits yang pokok pembahasannya berpangkal pada matan :
a.
Ilmu
Gharibil Hadits
-
Membahas
tentang lafadz-lafadz matan hadits yang sulit dipahami, karena jarang sekali
lafadz itu digunakan, atau karena nilai sastranya yang sangat tinggi.
b.
Ilmu
Asbabi Wurudil Hadits
-
Menerangkan
tentang sebab-sebab atau latar belakang lahirnya Hadits.
c.
Ilmu
Tararikhil Mutun
-
Menerangkan
tentang kapan dan waktu apa suatu Hadits itu diucapkan atau diperbuat oleh
Rasulullah SAW.
d.
Ilmu
Nasikh Wal Mannsukh
-
Membahas
tentang Hadits yang dimansukhkan dan yang menasikhkan.
e.
Ilmu
Talfiqil Hadits
-
Membahas
tentang cara-cara mengumpulkan dua Hadits yang menurut lahirnya, maknanya
berlawanan “Mukhtaliful Hadits” untuk dikompromikan.
f.
Ilmu
Tashhif Wat Tahrif
-
Menerangkan
Hadits-hadits yang sudah diubah titiknya dan bentuknya.
Cabang-cabang
ilmu Hadits yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad dan matan :
a.
Ilmu
‘Ilalil Hadits
-
Menjelaskan
sebab-sebab yang samar yang dapat mencacatkan suatu Hadits.
b.
Ilmu
Fannil Mubhamat
-
Menerangkan
tentang nama-nama orang yang tidak disebutkan namanya di dalam matan dan di di
dalam sanad.
KELOMPOK
V
KLASIFIKASI
HADITS BERDASARKAN KUANTITAS
J. Klasifikasi Hadits berdasarkan Kuantitas (periwayatnya) di bagi
menjadi 2 :
-
Hadits
Mutawatir
-
Hadits
Ahad
J. Pengertian Hadits Mutawatir :
-
Secara bahasa :
·
Isim Fail
Musytaq dari al-tawatur
·
Mutaabi’
·
Yang datang
berturut-turut dengan beriringan
-
Secara
istilah :
·
Hadits yang
diriwayatkan oleh banyak perawi di tiap thabaqahnya dan para perawinya adil dan
mustahil mereke untuk berdusta atau berbohong dan diriwayatkan berdasarkan
panca indera.
J. Syarat-syarat Hadits Mutawatir :
Hadits
langsung diterima dari Nabi denga panca inderanya sendiri yakni langsung
mendengar atau melihat bukan perkiraan
Perawinya
banyak di tiap Thabaqahnya dan masing-masing perawi mustahil untuk
berdusta
Keseimbangan
jumlah perawi di tiap thabaqahnya
J. Macam-macam Hadits Mutawatir :
Hadits
Mutawatir Lafdzy
·
Diriwayatkan
dengan lafadz dan makna yang sama, serta kandungan hukum sama pula.
Hadits
Mutawatir Ma’nawy
·
Berasal dari
berbagai Hadits yang diriwayatkan denga lafadz yang berbeda-beda, tetapi
apabila dikumpulkan mempunyai makna yang sama.
Hadits
Mutawatir Amaly
·
Amalan agama
(ibadah) yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti oleh para
sahabat, lalu diikuti oleh para Tabi;in dan seterusnya diikuti oleh generasi
demi generasi, sampai saat kita sekarang ini.
J. Kedudukan Hadits Mutawatir :
Hadits
Mutawatir dari segi wurud dan kandungannya, berkedudukan sama dengan Al-Qur an
Mengamalkannya
wajib sama halnya dengan mengamalkan AQ
Mengingkarinya
sama halnya dengan mengingkari AQ
J.
Pengertian Hadits Ahad :
-
Secara bahasa
:
·
Muhtamil
jama’ dari wahid
·
Satuan
–bilangan dari angka 1-9/ dari satu suku dari sesuatu
-
Secara
istilah :
·
Hadits yang
diriwayatkan perawi yang jumlahnya tidak sampai pada tingkat Mutawatir
J. Macam-macam Hadits Ahad :
1. Hadits Masyhur
·
Hadits yang
populer/sudah tersebar (istilah)
·
Hadits yang
pada tingkatan pertama dan kedua perawinya terdiri dari seorang sedangkan pada
tingkatan setelahnya lebih banyak yang mustahil para perawinya sepakat untuk
berdusta.
v Kualitas Hadits Masyhur :
·
Tidak semua
Hadits Masyhur Shahih
·
Hadits
Masyhur yang berkualitas Shahih ada yang Hasan dan Dha’if
2. Hadits Ghairu Masyhur
-
Ada 2 macam Hadits
Ghairu Masyhur
a.
Hadits
Aziz
·
An-Naadir
(yang jarang) -istilah
·
Al-qowiy
(yang kuat) – istilah
·
Hadits yang
diriwayatkan oleh dua orang pada sebagian thabaqahnya dari dan pada thabaqah
lainnya ada yang lebih dari dua orang
v Kualitas Hadits Aziz :
·
Dalam Hadits
Aziz ada yang Shahih, Hasan, dan Dha’if
·
Tidak semua
Hadits Aziz Maqbul dan juga Mardud
b.
Hadits
Gharib
·
Sulit
dipahami
·
Asing (aneh)
·
Hadits yang
dalam thabaqah sanadnya ada perawi yang menyendiri yang terdiri dari satu orang
atau karena perawi itu memiliki sifat atau keadaan tertentu
·
Bisa disebut
juga dengan Hadits Fard
v Kemungkinan keghariban suatu Hadits :
·
Hadits
Gharib pada Matan
ü Seluruh matan Hadits tersebut tidak dikenal oleh
kalangan ulama
ü Sebagian lafadz Matan Hadits Tersebut tidak
termuat dalam matan semakna yang lain
ü Lafadz dari matan tersebut sulit dipahami karena
lafadznya tidak populer
·
Hadits
Gharib Pada Sanad
ü Dibagi menjadi 2 :
o Hadits Gharib Mutlak
§ Kesendirian seorang perawi di beberapa thabaqah
setelah sahabat yakni pada thabaqah tabi’in dan tabi’it tabi’in
o Hadits Gharib Nisbi
§ Hadits yang perawinya memiliki sifat-sifat atau
keadaan tertentu yang membuat sebuah hadits itu gharib mungkin dari segi
keadilan atau kedlabitan yang tidak cukup untuk diakui dan itu semua dalam
lingkup thabaqah setelah sahabat pula
v Kualitas Hadits Gharib :
·
Tidak semua
Hadits Gharib pasti berkualitas Dha’if sebab harus dilihat dulu dimana letak
kegharibannya
·
Sebagian
Hadits Gharib ada yang berkualitas Hasan meskipun lebih banyak yang berkualitas
Dha;if
J. Kedudukan Hadits Ahad :
Ø Hadits Ahad yang Maqbul apabila berhubungan
dengan masalah hukum
Ø Hadits Ahad bisa dijadikan hujjah dalam
permasalahan Aqidah selama ia tidak bertentangan dengan AQ dan Hadits lain yang
lebih kuat.
Ø Masalah penggunaan Hadits Ahad untuk hal yang
berkaitan dengan Aqidah adapula yang bersikap ekstrim antara membolehkan dan
melarang. Yang membolehkan beralasan bahwa selama memfaidahkan ilmu wajib
diamalkan, sedangkan yang melarang beralasan bahwa Hadits Ahad memfaidahkan
Dhanny Atau perkiraan/dugaan sedangkan Aqidah adalah soal keyakinan
KELOMPOK
VI
KLASIFIKASI
HADITS BERDASARKAN KUALITAS
J. Hadits ditinjau dari segi kualitasnya secara garis besar di bagi
menjadi 3 :
-
Hadits
Shahih
-
Hadits
Hasan
-
Hadits
Dha’if
A.
Pengertian Hadits
Shahih :
-
Secara bahasa :
·
Sehat
·
Selamat dari
aib
·
Benar/betul
-
Secara
istilah :
·
Hadits yang
bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan dlabith, serta
tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan atau cacat.
v Syarat-syarat Hadits Shahih :
Ittisholul
isnad (sanadnya bersambung)
Perawinya ‘Adil
Dlabith perawinya kuat
Tidak ada Syad/syudzudz
(kejanggalan) dalam periwayatan Hadits
Tidak ada
kecacatan dalam periwayatan
v Pembagian Hadits Shahih :
-
Hadits
Shahih di bagi menjadi dua macam :
1.
Hadits
Shahih Li-Dzatihi
-
Hadits yang
karena keadaan dirinya sendiri telah memenuhi sepenuhnya lima syarat Hadits
Shahih yang sudah disebutkan di atas
2.
Hadits
Shahih Li-Ghairihi
-
Hadits yang
pada dirinya sendiri belum mencapai kualitas shahih, misalnya hanya berkualitas
Hasan Li-Dzatihi, lalu ada petunjuk/dalil lain yang menguatkannya sehingga ia
menjadi Hadits Shahih Li-Ghairihi
B.
Pengertian Hadits
Hasan :
-
Secara bahasa :
·
Baik (cukup)
-
Secara
istilah :
·
Hadits yang
sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang
sedikit dlabith, tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan dan tidak
juga terdapat cacat
v Pembagian Hadits Hasan :
-
Hadits
Hasan di bagi menjadi dua macam :
1. Hadits Hasan Li-Dzatihi
-
Hadits yang
kehasanannya bukan karena adanya petunjuk atau penguat lain, tetapi karena
sebab dirinya sendiri seperti yang dijabarkan di atas
2. Hadits Hasan Li-Ghairihi
-
Hadits yang
sanadnya tidak diakui keahliannya, tetapi dia bukanlah orang yang terlalu
banyak kesalahan dalam meriwayatkan Hadits, kemudian ada riwayat dengan
sanad yang lain yang bersesuaian dengan maknanya. Jadi, awalnya bisa dibilang Hadits
Dha’if namun karena ia dikuatkan dengan petunjuk lain sehingga naik
tingkatan menjadi Hasan Li-Ghairihi
C.
Pengertian Hadits
Dha’if :
-
Secara bahasa :
·
Lemah (tidak
kuat)
-
Secara istilah :
·
Hadits yang
tidak memiliki salah satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadits Shahih
dan Hadits Hasan
v Pembagian Hadits Dha’if :
-
Pembagian
Hadits Dha’if ada dua macam dilihat dari dua segi yakni segi gugurnya
sanad dan dari segi selain gugurnya sanad
1.
Dilihat
dari segi gugurnya sanad :
·
Hadits
Mu’allaq
·
Hadits
Munqhati’
·
Hadits
Mu’dhal
·
Hadits
Mudallas
·
Hadits Mursal
2.
Dilihat
dari segi selain gugurnya sanad :
·
Hadits
Mudha’af
·
Hadits
Mudltharib
·
Hadits Maqlub
·
Hadits Syadz
·
Hadits
Mungkar
·
Hadits Matruk
KELOMPOK
VII
HADITS
PALSU (MAUDHU’)
J. Pengertian Hadits Maudhu’
-
Secara bahasa :
·
Mengada-ada
·
Membuat-buat
·
Meletakkan
-
Secara
istilah :
·
Apa-apa atau
Hadits yang disandarkan pada Rasulullah secara dibuat-buat atau dusta padahal
beliau tidak mengatakan dan mentaqrirnya
J. Sejarah perkembangan Hadist Maudhu’
-
Ada dua
pendapat tentang awal mula terjadinya periwayatan Hadits Maudhu’ :
·
Pada zaman Rasulullah
dengan argumen bahwa dulu Nabi pernah bersabda ketika masa hidupnya yakni من كذب عليّ متعمّدا فليتبوّأ مقعده من النّار hadits ini menjadi
alasan bahwasanya keluarnya sabda ini dikarenakan pada waktu itu sudah ada yang
meriwayatkan Hadits Maudhu’.
·
Awal mula terjadinya Hadits Maudhu’ yakni
ketika masa khalifah Ali yakni ketika adanya perselisihan antara Sayyidina Ali
dengan Mu’awiyah bin Abu Sofyan
J. Hal-hal yang menyebabkan periwayatan Hadits Maudhu’ :
-
Ada banyak
hal yang mnedorong seseorang untu membuat Hadits Palsu :
·
Mempertahankan
Ideologinya sendiri /kelompoknya dan menyerang kelompok lain, hal ini terjadi
pada saat terjadi perselisihan antara kelompok pro-Ali dan pro-Muawiyah
·
Untuk
merusak dan mengeruhkan umat Islam
hal ini dilakukan oleh Kaum Zindiq karena benci melihat kepesatan tersiarnya islam dan kemajuan pemerintahannya
hal ini dilakukan oleh Kaum Zindiq karena benci melihat kepesatan tersiarnya islam dan kemajuan pemerintahannya
·
Fanatik
terhadap suatu bangsa atau daerah dan kelompok sendiri dan kultus berlebih pada
Imam mereka yang ta’assub (fanatik) bangsa dan bahasa seperti yang dilakukan
oleh bangsa parsi
·
Membuat
kisah-kisah dan nasehat-nasehat untuk menarik minat pendengarnya
·
Mempertahankan
madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyyah dan kalamiyah
J.
Ciri-ciri Hadits Maudhu’
-
Dalam hal
Sanad :
·
Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti
pengakuan salah seorang guru tasawuf ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang
keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an, serentak ia menjawab: “Tidak seorangpun yang
meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia
sama benci terhadap Al-Qur’an, kami ciptakan hadits ini (tentang keutamaan
ayat-ayat Al-Qur’an) agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.
·
Qorinah-qorinah yang memperkuat adanya
pengakuan membuat hadits palsu (maudhu). Misalnya seorang rowi mengaku menerima
hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut.
Atau menerima dari seorang guru yang sudah meninggal dunia sebelum ia
dilahirkan.
·
Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak
memiliki sanad.
-
Dalam hal
Matan :
·
ditinjau Dari segi makananya, maka makna
hadits itu bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits mutawatir, ijma dan akal
sehat.
·
Adapun dari segi lafadznya yaitu susunan
kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.
J. Sumber-sumber yang diriwayatkan
-
Para pembuat hadits maudhu, dalam menjalankan
aksinya kadang-kadang mengambil dari pikirannya sendiri. Dan kadang-kadang
menukil perkataan sesorang yang dianggap alim pada waktu itu, atau perkataan
orang alim mutaqaddimin. Misalnya Hadits maudhu yang dinukil dari perkataan seorang
alim mutaqaddimin: “Cinta keduniaan ialah modal kesalahan”. Hadits ini mereka
(para pembuat hadits palsu) katakan bersumber dari nabi, padahal ini merupakan
perkataan Malik bin Dinar.
KELOMPOK
VIII
MENGENAL
PROFIL KITAB INDUK
J. Kitab-kitab induk :
a.
Al-Muwatta’
-
Penyusunnya
adalah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi ‘Amir al-Ashbahi
al-Madini
-
Beliau lebih
dikenal dengan sebutan Imam Malik
-
Lahir Tahun
93 H dan wafat pada Tahun 179 H (86 tahun)
-
Beliau
pelopor penyusunan Hadits Manhaji yaitu penyusunan kitab Hadis yang
disususn bab demi bab dengan tema fiqh
-
Cara tersebut
digunakannya dalam menyusun kitab ini selama 40 tahun
-
Riwayat yang
ada dalam kitab ini dinilai paling siqqah
b.
al-Musnad
-
karya Ahmad
Imam Ahmad
-
Nama
lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad in Hanbal ibn Hilal ibn As’ad
al-Syaibani
-
Lebih dikenal
dengan sebutan Imam Ahmad
-
Lahir Tahun
164 H dan wafat pada Tahun 241 H
-
Ulama yang
berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu Hadits
-
Ulama yang
pertama kali memisahkan Hadits dari kajian fiqh karena itu ia dikenal
sebagai Muhaddis besar pada zamanya
-
Kitab al-Musnad
disusun pada tahun 180 H
-
Pada mulanya
kitab ini ditulis terpisah. Sebelum semuanya rampung menjadi satu kitab beliau
meninggal dan diteruskan oleh puteranya yakni Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal
-
Sebagian
besar Ulama menilai bahwa kitab ini mengandung banyak Hadits dhaif alasannya
adalah pertama¸karena campur tangan anaknya yang tidak selektif dalam menyelesaikan
hadits. Kedua, Imam Ahmad sengaja memasukkan Hadis Dha’if karena
tujuannya hanya meriwayatkan bukan untuk men-tashih-nya
c.
Shahih
al-Bukhari
-
Karya Abu
Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn Mughirah ibn Bardizbah
-
Nama awal
kitab ini adalah al-jami’ al-Shahih al-Musnad al-Mukhtasar min Hadis
Rasulillah yang kemudian populer dengan nama Shahih al-Bukhari
-
Lahir di
wilayah Bukhara (sekarang uzbekistan) dan nama daerah ini yang
menjadikan beliau populer dengan sebutan Imam al-Bukhari
-
Lahir pada
tanggal 13 syawal 194 H dan wafat pada malam Idul Fitri 256 H di Khartank,
Samarkand
-
Belum genap
umur 10 tahun beliau sudah menghafal Hadits
-
Hafal 100.000
Hadits Shahih dan 200.000 Hadis tidak Shahih
-
Kitab ini
disusun secara Musannaf yakni per-tema
-
Imam bukhari
sangat ketat dalam memilah hadits jadi kitab ini bisa dinilai sebagai kitab
rujukan Hadits yang terjamin keabsahannya.
d.
Shahih
Muslim
-
Karya Abu
al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Ward ibn Kausyad al-Qusyairi
al-Nisaburi yang lebih dikenal dengan Imam Muslim
-
Lahir tahun
206 H dan wafat tahun 261 H di Nisapur
-
Belajar
hadits sejak umur 12 tahun
-
Murid Imam
Bukhari
-
Mengarang
kitab populer kedua setelah Shahis Bukhari dengan judul Jami’
al-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Muslim
-
disusun
secara Musannaf setelah bekerja selama 15 tahun
e.
Sunan
Abu Dawud
-
Karya
Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syadad ibn ‘Amr ibn Imran
al-Azdy al-Sijistani
-
Lahir tahun
202 H di Sijistan dan meninggal di Basrah tahun 275 H
f.
Sunan al-Nasa’i
-
Karya Abu
Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Bahr ibn Sinan ibn Dinar al-Nasa’i yang
lebih dikenal sebagai Iman Nasa’i
-
Lahir tahun
214 H dan wafat tahun 303 H
g.
Sunan
al-Turmudzi
-
Karya al-Imam
al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn saurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulamy
al-Turmudzi
-
Lahir tahun
209 H dan wafat tahun 279 H
h.
Sunan
Ibn Majah
-
Karya Abu
Abdullah Muhammad ibn Yazid ibn Abdillah ibn Majah al-Rabi’i al-Qazwaini yang
lebih dikenal dengan Ibn Majah al-Qazwaini
-
Lahir tahun
207 H dan wafat tahun 273 H
KELOMPOK
IX
TEORI
TAKHRIJ HADITS MANUAL
J. Pengertian Takhrij :
-
Secara bahasa :
·
Imbuhan dari
kata Khuruj (keluar)
·
Sinonim Ikhraj
yakni mengeluarkan atau menampakkan Hadits
-
Secara
istilah :
·
Menujukkan
tempat/ nama kitab dimana Hadits yang dikutip itu berada
·
Merujuk
sumber asli Hadits tersebut dengan menyebut pengarang yang meriwayatkannya
J. Manfaat Takhrij :
Memperkenalkan
sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu Hadits berada beserta ulama
yang meriwayatkannya
Menambah
perbendaharaan sanad hadit-hadits melalui kitab-kitab yang ditunujuki
Memperjelas
keadaan sanad
Memperjelas
hukum hadits dengan banyaknya riwayat tersebut
Dapat
memperjelas rawi yang samar
J. Metode Takhrij :
Melalui
pengetahuan tentang sahabat yang meriwayatkannya
Melalui
pengetahuan tentang lafal pertama hadits
Melalui
pengetahuan tentang salah satu lafal hadits
Melalui
pengetahuan tentang tema hadits
Melalui
pengetahuan tentang sifat khusus sanad atau matan hadits
0 komentar:
Posting Komentar