Pages

Kamis, 26 Desember 2013

Meresum Kajian Ulum Hadis

Ulumul Hadis I
Mata Kuliah : Ilmu Hadits
Dosen pengampu : Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag. M.Si


Di Susun Oleh :
Abdullah Zahir (11530097)
TH - D

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS UIN SUNAK KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012

KELOMPOK I
PENGERTIAN HADITS, SINONIMNYA DAN UNSUR-UNSUR DIDALAMNYA
J. Pengertian Hadits                    
-          Secara bahasa                   :
§  Baru
§  Bayan Al-Quran
§  Kabar
-          Secara istilah                      :
§  Informasi mengenai Nabi dan datang dari Nabi dari segala perihal hidupnya
J. Macam-macam asal hadits    :
Ø  . Perkataan Nabi
Ø  . Perbuatan Nabi
Ø  . Pengakuan Nabi
Ø  . Sifat/keadaan Nabi
J. Sinonim Hadits           :
Ø  . Khabar               : berita yang datang dari Nabi
Ø  . Atsar                   : jejak/ warisan yang datang dari nabi
Ø  . Sunnah              : perkara yang disandarkan pada Nabi
J. Beberapa ulama’ mengatakan bahwa sunnah dan hadits berbeda sebab dalam beberapa pendapat mengatakan bahwa sunnah adalah tradisi atau adat yang sering dilakukan rasul secara langsung dan kemudian dilakukan oleh para sahabat dan seterusnya sedangkan hadits yakni apa yang diriwayatkan para sahabat dari segala informasi kehidupan beliau.
J. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat :
v  . ditinjau dari subyek yang menjadi sumber asalnya
-          Pengertian hadits dan sunnah sama
v  . ditinjau dari segi kualitas amaliyah dan periwayatannya
-          Hadist berada di bawah sunnah
v  . ditinjau dari segi kekuatan hukumnya
-          Al-Qur an
-          As-Sunnah
-          Al-Hadits
J. Akan tetapi istilah Hadist tidak dipisahkan dari sunnah, maka urutunya :
-          Al-Qur an
-          As-Sunnah (Al-Hadits)
J. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam hadits                 :
-          Rawi              (periwayat)
-          Sanad            (sandaran)
-          Matan           (isi hadits)
Dari beberapa unsur di atas masih ada pula istilah lainnnya :
-          Istikhraj        ( mengeluarkan/menukil hadits dari sebuah kitab hadits )
-          Mukharrij    ( orang yang mengeluarkan/menukil hadits )
-          Takhrij          ( menjelaskan kitab hadits yang menjadi sumber hadits dikelurkan/dinukil )
-          Mustakhraj                 ( sumber kitab hadits yang darinya hadits itu dikeluarkan )
J. Hadits Qudsi
-          Makna dari Allah SWT dan lafadl dari Nabi Muhammad SAW
-          Di sebut juga Hadits Rabbany – Hadits Ilahi
Ø  Perbedaan antara Hadits Qudsy Dan Hadits Nabawi
-          Hadits Qudsy diriwayatkan dari ALLAH
-          Hadits Nabawi diriwayatkan dari RASUL
-          Hadits Qudsy kalimat depannya
قا ل الله .........,  atau يقول الله ....., atau قال رسوا الله فيما يرويه عن الله ....,
-          Hadits Nabawi Kalimat depannya
قال رسوا الله......,
Ø  Perbedaan antara Al-Qur an dan Hadits Qudsy
-          Membaca AQ berpahala sedangkan HQ tidak
-          AQ makna dan lafadl dari ALLAH sedangkan HQ hanya makna dari ALLAH
-          AQ Mukjizat dan Mutawatir sedangkan HQ tidak
-          AQ wajib dibaca dalam shalat sedangkan HQ tidak
-          Membaca AQ harus suci dari hadats sedangkan HQ tidak
-          Dalam AQ ada surah, juz, dan ayat sedangkan HQ tidak
-          AQ diturunkan melalui perantara jibril sedangkan HQ langsung kepada rasul  melalui ilham atau mimpi

KELOMPOK II
SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS PADA MASA RASULULLAH SAW
J. Kebijaksanaan Rasulullah tentang Haditsnya :
a.       Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk menghafal dan menyampaikan/menyebarkan Hadits-hadits beliau
-          Untuk menyebarkan ajaran islam  dan untuk kepentingan islam sehingga AQ dan AH disebarkan bersama
b.      Rasulullah melarang para sahabat untuk menulis Hadits
-          Takut bercampur antara ayat Al-Qur an dan Hadits
c.       Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis Hadits-haditsnya
-          Ditulis oleh beberapa sahabat yang hanya diperintahkan oleh Rasulullah
Ø  Dalam pembahasan kebijakan rasul yang kedua dan ketiga yang bertentangan ada beberapa pendapat ulama yang menengahi         :
§  Bahwa larangan menulis hadits itu sudah di mansukh
§  Bahwa larangan itu bersifat umum, sedang untuk beberapa sahabat khusus diizinkan
§  Bahwa larangan tersebut ditujukan kepada mereka yang ingin mencampur-addukan AQ dan AH
§  Bahwa larangan itu hanya yang berniat menjadikannya mushaf/buku seperti AQ
§  Bahwa larangan itu karena wahyu yang turun belum dihafal dan dicatat,sedang setelah wahyu dihafal dan dicatat menulis Hadits diizinkan
J. Shahifah (catatan) Hadits pada zaman Rasulullah
-          Beberapa sahabat yang mencatat Hadits pada zaman Rasulullah        :
*      Abdullah Ibnu Amr Ibnu Ash       (As-Shahifah Asshodiqoh)
*      Jabir bin Abdullah Al-Anshari     (Shahifah Jabir)
*      Abdullah bin Abi Aufa                    (Shahifah Abdullah bin abi aufa)
*      Samurah bin Jundab                     
*      Ali bin Abi Thalib                              
*      Abdullah bin Abbas                       
*      Abu Bakar Ash-Shiddiq                
J. Peristiwa dan cara penyampaian Hadits
*      Pada majelis-majelis Rasulullah
*      Pada peristiwa yang Rasulullah mengalaminya kemudian beliau menerangkan hukumnya
*      Pada peristiwa ang dialami oleh kaum muslimin, kemudian menanyakan hukumnya kepada Rasulullah
*      Pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh para sahabat terhadap apa yang terjadi atau dilakukan Rasulullah
J. Cara-cara Sahabat menerima Hadits Rasulullah
*      Secara langsung dari Rasul
-          Mendengar, melihat/menyaksikan apa yang disabdakan Rasul secara langsung
*      Secara tidak langsung
-          Mendengar apa yang disabdakan oleh Rasul tidak secara langsung melainkan dari sahabat yang hadir ketika itu
J. Cara-cara Sahabat menyampaikan Hadits Rasulullah
*      Dengan Lafadz asli/secara Lafdziyah
-          Yakni menurut lafadz yang mereka terima dari Rasul
*      Dengan Makna saja/secara maknawy
-          Yakni mengemukakan makna saja tidak dengan lafadz yang mereka dengar dari Rasul
J. Sebab-sebab para sahabat tidak sederajat pengetahuannya tentang Hadits
*      Tempat tinggal jauh
-          Sedikit informasi yang didengar tentang Hadits
*      Kesibukan sehari-hari
-          Sulitnya menghadiri majelis Rasul
*      Intelektual dan kecakapan
-          Perbedaan kecepatan dan lebih dalam pemahaman tentang Hadits Rasul
*      Keintiman/keakraban pergaulannya dengan Nabi
-          Yang dekat banyak informasi yang jauh lebih sedikit
*      Masa cepat atau lambatnya masuk islam
-          Yang lebih dahulu islam lebih banyak tahu sedang yang yang baru islam sedikit tahu

KELOMPOK III
SANAD DAN ILMU HADITS
J. Secara bahasa sanad adalah :
-          sandaran,yang dapat dipegang/ dipercayai
-          kaki bukit/ kaki gunung
-          thariq / wajh
J. Secara istilah sanad adalah    :
-          jalan rawi menerima hadits dari para pendahulunya hingga sampai pada sahabat serta nabi sebagai sandaran riwayat
J. Dalam hubungannya dengan istilah sanad dikenal beberapa istilah lainnya     :
-          Musnid         : orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkna sanadnya
-          Musnad       : hadits yang disebut dengan menerangkan seluruh sanadnya yang sampai
                           pada Nabi SAW
-          Isnad             : menerangkan atau menjelaskan sanadnya hadits (jalan datngnya hadits)
                          atau cara menyandarkan Hadits
ü  . Dalam Ilmu Hadits dikenal denga istilah “shighat sanad” artinya : lafadz- 
  lafadz yang ada dalam sanad yang digunakan oleh para perawi pada waktu
  menyampaikan hadits atau riwayat.
v  Shighat isnad ada delapan tingkatan dari yang pertama paling tinggi hingga yang terakhir paling rendah :
*      Martabat I                   : jika shighatnya saya/kami telah mendengar dari.., ia telah menceritakan kepadaku/kami .., ia telah berkata kepadaku/kami.., ia telah menyebutkan kepadaku/kami
*      Martabat II                                 : jika shighatnya ia telah mengabarkan kepadaku, saya telah membaca padanya
*      Martabat III                : jika shighatnya mengabarkan pada kami, dibaca padanya dan saya mendengar, kami telah membaca padanya
*      Martabat IV                                : jika shighatnya Ia telah memberi tahu kepadaku/kami
*      Martabat V                 : jika shighatnya Ia telah menyerahkan kepadaku
*      Martabat VI                                : jika shighatnya Ia telah mengucapkan kepadaku
*      Martabat VII              : jika shighatnya Ia telah menulis kepadaku
*      Martabat VIII             : jika shighatnya dari.., sesungguhnya.., saya dapati dalam kitab saya dari..., ia telah meriwayatkan.., ia telah berkata.., ia  telah menyebut.., telah sampai kepadaku.., saya telah memperoleh dengan tulisan si...,
J. Pengertian Ilmu Hadits
-           Ilmu yang berpautan tentang Hadits
J. Ilmu Hadits dibagi menjadi dua bagian
1.       Ilmu Hadits Riwayah
-          Ilmu yang membahas atau untuk mengetahui segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW, baik sabdanya, perbuatannya, taqrirnya, dsb
-          Dalam ilmu ini tidak dibahas masalah cacat/kejanggalan yang terdapat dalam hadits yakni mengenai cacat tidaknya matan, bersambung tidaknya sanad, dsb
-          Objek pembahasan ilmu ini adalah mengetahui pribadi nabi dari segi sabdanya, perbuatannya, taqrirnya, dan sifat-sifatnya.
-          Faedah ilmu ini : untuk mengetahui segala apapun yang berpautan dengan Nabi dalam usaha memahami dan mengamalkan ajaran beliau guna memperoleh kemenangan dunia dan akhirat
2.       Ilmu Hadits Dirayah
-          Ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi, dsb.
-          Objek pembahasan ilmu ini adalah keadaan matan, sanad dan perawi Hadits
-          Faedah ilmu ini : untuk mengetahui dan menetapkan tentang Maqbul (dapat diterima) dan mardudnya (ditolak) suatu hadits Nabi SAW.
-          Ilmu ini  merupakan mizan (neraca) yang harus dipergunakan untuk menelurusi dan memahami lebih dalam Hadits Riwayah
J. Ilmu hadits yang terus kemudian berkembang dari waktu ke waktu menjadikan Hadits memiliki beberapa cabang menilik dari aspek pembahasan yang berbeda-beda di dalamnya mengenai, matan sanad, rawi, dsb.
v  Cabang-cabang ilmu hadits yang dikelompokkan menurut pokok masalah yang dibahasnya dapat diklasifikasikan seperti dibawah ini :

Cabang-cabang ilmu hadits yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad dan rawi :

a.      Ilmu rijalul Hadits
-          Membahas secara umum hal ihwal kehidupan para perawi dari golongan sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.
b.      Ilmu Thabaqatir Ruwah
-          Membahas tentang keadaan rawi berdasarkan pengelompokan keadaan para perawi secara tertentu.
c.       Ilmu Tarikh Rijal Hadits
-          Membahas tentang rawi yang menjadi sanad suatu Hadits mengenai tanggal lahirnya, silsilahnya/keturunannya, guru-guru yang pernah memberikan Hadits padanya, jumlah Hadits yang diriwayatkan serta murid-murid yang pernah mengambil hadits darinya.
d.      Ilmu Jarhi Wat Ta’dil
-          Membahas tentang hal ihwal para rawi dalam bidang mengeritik keaibannya dan memuji keadilannya, dengan norma-norma tertentu, sehingga dengan demikina dapat ditentukan siapa diantara para rawi itu yang dapat diterima atau ditolak hadits yang diriwayatkannya.

KELOMPOK IV
MATAN DAN ILMU HADITS YANG BERKAITAN DENGANNYA
J. Pengertian matan
-          Secara bahasa           :
§  Punggung jalan
§  Tanah yang keras atau tinggi
-          Secara istilah              :
§  Materi berita yang berupa sabda, perbuatan dan taqrir Nabi SAW. Yang terletak setelah sanad terakhir
§  Selain sesuatu pembicaraan yang berasal/tentang Nabi, juga berasal/tentang sahabat atau tabi’in
Cabang-cabang ilmu Hadits yang pokok pembahasannya berpangkal pada matan :
a.      Ilmu Gharibil Hadits
-          Membahas tentang lafadz-lafadz matan hadits yang sulit dipahami, karena jarang sekali lafadz itu digunakan, atau karena nilai sastranya yang sangat tinggi.
b.      Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
-          Menerangkan tentang sebab-sebab atau latar belakang lahirnya Hadits.
c.       Ilmu Tararikhil Mutun
-          Menerangkan tentang kapan dan waktu apa suatu Hadits itu diucapkan atau diperbuat oleh Rasulullah SAW.
d.      Ilmu Nasikh Wal Mannsukh
-          Membahas tentang Hadits yang dimansukhkan dan yang menasikhkan.
e.       Ilmu Talfiqil Hadits
-          Membahas tentang cara-cara mengumpulkan dua Hadits yang menurut lahirnya, maknanya berlawanan “Mukhtaliful Hadits” untuk dikompromikan.
f.        Ilmu Tashhif Wat Tahrif
-          Menerangkan Hadits-hadits yang sudah diubah titiknya dan bentuknya.
Cabang-cabang ilmu Hadits yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad dan matan :
a.      Ilmu ‘Ilalil Hadits
-          Menjelaskan sebab-sebab yang samar yang dapat mencacatkan suatu Hadits.
b.      Ilmu Fannil Mubhamat
-          Menerangkan tentang nama-nama orang yang tidak disebutkan namanya di dalam matan dan di di dalam sanad.

KELOMPOK V
KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KUANTITAS
J. Klasifikasi Hadits berdasarkan Kuantitas (periwayatnya) di bagi menjadi 2       :
-          Hadits Mutawatir
-          Hadits Ahad
J. Pengertian Hadits Mutawatir             :
-          Secara bahasa           :
·         Isim Fail Musytaq dari al-tawatur
·         Mutaabi’
·         Yang datang berturut-turut dengan beriringan
-          Secara istilah              :
·         Hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi di tiap thabaqahnya dan para perawinya adil dan mustahil mereke untuk berdusta atau berbohong dan diriwayatkan berdasarkan panca indera.
J. Syarat-syarat Hadits Mutawatir          :
*      Hadits langsung diterima dari Nabi denga panca inderanya sendiri yakni langsung mendengar atau melihat bukan perkiraan
*      Perawinya banyak di tiap Thabaqahnya dan masing-masing perawi mustahil untuk berdusta
*      Keseimbangan jumlah perawi di tiap thabaqahnya
J. Macam-macam Hadits Mutawatir     :
*      Hadits Mutawatir Lafdzy
·         Diriwayatkan dengan lafadz dan makna yang sama, serta kandungan hukum sama pula.
*      Hadits Mutawatir Ma’nawy
·         Berasal dari berbagai Hadits yang diriwayatkan denga lafadz yang berbeda-beda, tetapi apabila dikumpulkan mempunyai makna yang sama.
*      Hadits Mutawatir Amaly
·         Amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, lalu diikuti oleh para Tabi;in dan seterusnya diikuti oleh generasi demi generasi, sampai saat kita sekarang ini.
J. Kedudukan Hadits Mutawatir             :
*      Hadits Mutawatir dari segi wurud dan kandungannya, berkedudukan sama dengan Al-Qur an
*      Mengamalkannya wajib sama halnya dengan mengamalkan AQ 
*      Mengingkarinya sama halnya dengan mengingkari AQ
J. Pengertian Hadits Ahad        :
-          Secara bahasa           :
·         Muhtamil jama’ dari wahid
·         Satuan –bilangan dari angka 1-9/ dari satu suku dari sesuatu
-          Secara istilah              :
·         Hadits yang diriwayatkan perawi yang jumlahnya tidak sampai pada tingkat Mutawatir
J. Macam-macam Hadits Ahad                                :
1.       Hadits Masyhur
·         Hadits yang populer/sudah tersebar (istilah)
·         Hadits yang pada tingkatan pertama dan kedua perawinya terdiri dari seorang sedangkan pada tingkatan setelahnya lebih banyak yang mustahil para perawinya sepakat untuk berdusta.
v  Kualitas Hadits Masyhur               :
·         Tidak semua Hadits Masyhur Shahih
·         Hadits Masyhur yang berkualitas Shahih ada yang Hasan dan Dha’if

2.       Hadits Ghairu Masyhur
-          Ada 2 macam Hadits Ghairu Masyhur
a.       Hadits Aziz
·         An-Naadir (yang jarang) -istilah
·         Al-qowiy (yang kuat) – istilah
·         Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada sebagian thabaqahnya dari dan pada thabaqah lainnya ada yang lebih dari dua orang
v  Kualitas Hadits Aziz                         :
·         Dalam Hadits Aziz ada yang Shahih, Hasan, dan Dha’if
·         Tidak semua Hadits Aziz Maqbul dan juga Mardud

b.      Hadits Gharib
·         Sulit dipahami
·         Asing (aneh)
·         Hadits yang dalam thabaqah sanadnya ada perawi yang menyendiri yang terdiri dari satu orang atau karena perawi itu memiliki sifat atau keadaan tertentu
·         Bisa disebut juga dengan Hadits Fard
v  Kemungkinan keghariban suatu Hadits  :
·         Hadits Gharib pada Matan
ü  Seluruh matan Hadits tersebut tidak dikenal oleh kalangan ulama
ü  Sebagian lafadz Matan Hadits Tersebut tidak termuat dalam matan semakna yang lain
ü  Lafadz dari matan tersebut sulit dipahami karena lafadznya tidak populer
·         Hadits Gharib Pada Sanad
ü  Dibagi menjadi 2              :
o   Hadits Gharib Mutlak
§  Kesendirian seorang perawi di beberapa thabaqah setelah sahabat yakni pada thabaqah tabi’in dan tabi’it tabi’in
o   Hadits Gharib Nisbi
§  Hadits yang perawinya memiliki sifat-sifat atau keadaan tertentu yang membuat sebuah hadits itu gharib mungkin dari segi keadilan atau kedlabitan yang tidak cukup untuk diakui dan itu semua dalam lingkup thabaqah setelah sahabat pula
v  Kualitas Hadits Gharib                   :
·         Tidak semua Hadits Gharib pasti berkualitas Dha’if sebab harus dilihat dulu dimana letak kegharibannya
·         Sebagian Hadits Gharib ada yang berkualitas Hasan meskipun lebih banyak yang berkualitas Dha;if

J. Kedudukan Hadits Ahad        :
Ø  Hadits Ahad yang Maqbul apabila berhubungan dengan masalah hukum
Ø  Hadits Ahad bisa dijadikan hujjah dalam permasalahan Aqidah selama ia tidak bertentangan dengan AQ dan Hadits lain yang lebih kuat.
Ø  Masalah penggunaan Hadits Ahad untuk hal yang berkaitan dengan Aqidah adapula yang bersikap ekstrim antara membolehkan dan melarang. Yang membolehkan beralasan bahwa selama memfaidahkan ilmu wajib diamalkan, sedangkan yang melarang beralasan bahwa Hadits Ahad memfaidahkan Dhanny Atau perkiraan/dugaan sedangkan Aqidah adalah soal keyakinan

KELOMPOK VI
KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KUALITAS
J. Hadits ditinjau dari segi kualitasnya secara garis besar di bagi menjadi 3           :
-          Hadits Shahih
-          Hadits Hasan
-          Hadits Dha’if

A.      Pengertian Hadits Shahih             :
-          Secara bahasa           :
·         Sehat
·         Selamat dari aib
·         Benar/betul
-          Secara istilah              :
·         Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan dlabith, serta tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan atau cacat.
v  Syarat-syarat Hadits Shahih        :
*      Ittisholul isnad (sanadnya bersambung)
*      Perawinya ‘Adil
*      Dlabith perawinya kuat
*      Tidak ada Syad/syudzudz (kejanggalan) dalam periwayatan Hadits
*      Tidak ada kecacatan dalam periwayatan

v  Pembagian Hadits Shahih            :
-          Hadits Shahih di bagi menjadi dua macam    :
1.       Hadits Shahih Li-Dzatihi
-          Hadits yang karena keadaan dirinya sendiri telah memenuhi sepenuhnya lima syarat Hadits Shahih yang sudah disebutkan di atas
2.       Hadits Shahih Li-Ghairihi
-          Hadits yang pada dirinya sendiri belum mencapai kualitas shahih, misalnya hanya berkualitas Hasan Li-Dzatihi, lalu ada petunjuk/dalil lain yang menguatkannya sehingga ia menjadi Hadits Shahih Li-Ghairihi

B.      Pengertian Hadits Hasan              :
-          Secara bahasa           :
·         Baik (cukup)
-          Secara istilah              :
·         Hadits yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang sedikit dlabith, tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan dan tidak juga terdapat cacat

v  Pembagian Hadits Hasan             :
-          Hadits Hasan di bagi menjadi dua macam     :
1.       Hadits Hasan Li-Dzatihi
-          Hadits yang kehasanannya bukan karena adanya petunjuk atau penguat lain, tetapi karena sebab dirinya sendiri seperti yang dijabarkan di atas
2.       Hadits Hasan Li-Ghairihi
-          Hadits yang sanadnya tidak diakui keahliannya, tetapi dia bukanlah orang yang terlalu banyak kesalahan dalam meriwayatkan Hadits, kemudian ada riwayat dengan sanad yang lain yang bersesuaian dengan maknanya. Jadi, awalnya bisa dibilang Hadits Dha’if namun karena ia dikuatkan dengan petunjuk lain sehingga naik tingkatan menjadi Hasan Li-Ghairihi

C.      Pengertian Hadits Dha’if              :
-          Secara bahasa           :
·         Lemah (tidak kuat)
-           Secara istilah             :
·         Hadits yang tidak memiliki salah satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadits Shahih dan Hadits Hasan

v  Pembagian Hadits Dha’if              :
-          Pembagian Hadits Dha’if ada dua macam dilihat dari dua segi yakni segi gugurnya sanad dan dari segi selain gugurnya sanad
1.       Dilihat dari segi gugurnya sanad              :
·         Hadits Mu’allaq
·         Hadits Munqhati’
·         Hadits Mu’dhal
·         Hadits Mudallas
·         Hadits Mursal
2.       Dilihat dari segi selain gugurnya sanad  :
·         Hadits Mudha’af
·         Hadits Mudltharib
·         Hadits Maqlub
·         Hadits Syadz
·         Hadits Mungkar
·         Hadits Matruk  

KELOMPOK VII
HADITS PALSU (MAUDHU’)
J. Pengertian Hadits Maudhu’
-          Secara bahasa           :
·         Mengada-ada
·         Membuat-buat
·         Meletakkan
-          Secara istilah              :
·         Apa-apa atau Hadits yang disandarkan pada Rasulullah secara dibuat-buat atau dusta padahal beliau tidak mengatakan dan mentaqrirnya

J. Sejarah perkembangan Hadist Maudhu’
-          Ada dua pendapat tentang awal mula terjadinya periwayatan Hadits Maudhu’ :
·         Pada zaman Rasulullah dengan argumen bahwa dulu Nabi pernah bersabda ketika masa hidupnya yakni من كذب عليّ متعمّدا فليتبوّأ مقعده من النّار  hadits ini menjadi alasan bahwasanya keluarnya sabda ini dikarenakan pada waktu itu sudah ada yang meriwayatkan Hadits Maudhu’.
·         Awal mula terjadinya Hadits Maudhu’ yakni ketika masa khalifah Ali yakni ketika adanya perselisihan antara Sayyidina Ali dengan Mu’awiyah bin Abu Sofyan

J. Hal-hal yang menyebabkan periwayatan Hadits Maudhu’      :
-          Ada banyak hal yang mnedorong seseorang untu membuat Hadits Palsu       :
·         Mempertahankan Ideologinya sendiri /kelompoknya dan menyerang kelompok lain, hal ini terjadi pada saat terjadi perselisihan antara kelompok pro-Ali dan pro-Muawiyah
·         Untuk merusak dan mengeruhkan umat Islam
hal ini dilakukan oleh Kaum Zindiq karena benci melihat kepesatan tersiarnya islam dan kemajuan pemerintahannya
·         Fanatik terhadap suatu bangsa atau daerah dan kelompok sendiri dan kultus berlebih pada Imam mereka yang ta’assub (fanatik) bangsa dan bahasa seperti yang dilakukan oleh bangsa parsi
·         Membuat kisah-kisah dan nasehat-nasehat untuk menarik minat pendengarnya
·         Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyyah dan kalamiyah

J. Ciri-ciri Hadits Maudhu’         
-          Dalam hal Sanad       :
·         Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pengakuan salah seorang guru tasawuf ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an, serentak ia menjawab: “Tidak seorangpun yang meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia sama benci terhadap Al-Qur’an, kami ciptakan hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an) agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.
·         Qorinah-qorinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadits palsu (maudhu). Misalnya seorang rowi mengaku menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut. Atau menerima dari seorang guru yang sudah meninggal dunia sebelum ia dilahirkan.
·         Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.

-          Dalam hal Matan      :
·        ditinjau Dari segi makananya, maka makna hadits itu bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits mutawatir, ijma dan akal sehat.
·        Adapun dari segi lafadznya yaitu susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.

J. Sumber-sumber yang diriwayatkan
-          Para pembuat hadits maudhu, dalam menjalankan aksinya kadang-kadang mengambil dari pikirannya sendiri. Dan kadang-kadang menukil perkataan sesorang yang dianggap alim pada waktu itu, atau perkataan orang alim mutaqaddimin. Misalnya Hadits maudhu yang dinukil dari perkataan seorang alim mutaqaddimin: “Cinta keduniaan ialah modal kesalahan”. Hadits ini mereka (para pembuat hadits palsu) katakan bersumber dari nabi, padahal ini merupakan perkataan Malik bin Dinar.

KELOMPOK VIII
MENGENAL PROFIL KITAB INDUK
J. Kitab-kitab induk       :
a.      Al-Muwatta’
-          Penyusunnya adalah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi ‘Amir al-Ashbahi al-Madini
-          Beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik
-          Lahir Tahun 93 H dan wafat pada Tahun 179 H (86 tahun)
-          Beliau pelopor penyusunan Hadits Manhaji yaitu penyusunan kitab Hadis yang disususn bab demi bab dengan  tema fiqh
-          Cara tersebut digunakannya dalam menyusun kitab ini selama 40 tahun
-          Riwayat yang ada dalam kitab ini dinilai paling siqqah

b.      al-Musnad
-          karya Ahmad Imam Ahmad
-          Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad in Hanbal ibn Hilal ibn As’ad al-Syaibani
-          Lebih dikenal dengan sebutan Imam Ahmad
-          Lahir Tahun 164 H dan wafat pada Tahun 241 H
-          Ulama yang berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu Hadits
-          Ulama yang pertama kali memisahkan Hadits dari kajian fiqh karena itu ia dikenal sebagai Muhaddis besar pada zamanya
-          Kitab al-Musnad disusun pada tahun 180 H
-          Pada mulanya kitab ini ditulis terpisah. Sebelum semuanya rampung menjadi satu kitab beliau meninggal dan diteruskan oleh puteranya yakni Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal
-          Sebagian besar Ulama menilai bahwa kitab ini mengandung banyak Hadits dhaif alasannya adalah pertama¸karena campur tangan anaknya yang tidak selektif dalam menyelesaikan hadits. Kedua, Imam Ahmad sengaja memasukkan Hadis Dha’if karena tujuannya hanya meriwayatkan bukan untuk men-tashih-nya

c.       Shahih al-Bukhari
-          Karya Abu Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn Mughirah ibn Bardizbah
-          Nama awal kitab ini adalah al-jami’ al-Shahih al-Musnad al-Mukhtasar min Hadis Rasulillah yang kemudian populer dengan nama Shahih al-Bukhari
-          Lahir di wilayah Bukhara (sekarang uzbekistan) dan nama daerah ini yang menjadikan beliau populer dengan sebutan Imam al-Bukhari
-          Lahir pada tanggal 13 syawal 194 H dan wafat pada malam Idul Fitri 256 H di Khartank, Samarkand
-          Belum genap umur 10 tahun beliau sudah menghafal Hadits
-          Hafal 100.000 Hadits Shahih dan 200.000 Hadis tidak Shahih
-          Kitab ini disusun secara Musannaf yakni per-tema
-          Imam bukhari sangat ketat dalam memilah hadits jadi kitab ini bisa dinilai sebagai kitab rujukan Hadits yang terjamin keabsahannya.

d.      Shahih Muslim
-          Karya Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Ward ibn Kausyad al-Qusyairi al-Nisaburi yang lebih dikenal dengan Imam Muslim
-          Lahir tahun 206 H dan wafat tahun 261 H di Nisapur
-          Belajar hadits sejak umur 12 tahun
-          Murid Imam Bukhari
-          Mengarang kitab populer kedua setelah Shahis Bukhari dengan judul Jami’ al-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Muslim
-          disusun secara Musannaf setelah bekerja selama 15 tahun

e.       Sunan Abu Dawud
-          Karya Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syadad ibn ‘Amr ibn Imran al-Azdy al-Sijistani
-          Lahir tahun 202 H di Sijistan dan meninggal di Basrah tahun 275 H

f.         Sunan al-Nasa’i
-          Karya Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Bahr ibn Sinan ibn Dinar al-Nasa’i yang lebih dikenal sebagai Iman Nasa’i
-          Lahir tahun 214 H dan wafat tahun 303 H

g.      Sunan al-Turmudzi
-          Karya al-Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn saurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulamy al-Turmudzi
-          Lahir tahun 209 H dan wafat tahun 279 H

h.      Sunan Ibn Majah
-          Karya Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid ibn Abdillah ibn Majah al-Rabi’i al-Qazwaini yang lebih dikenal dengan Ibn Majah al-Qazwaini
-          Lahir tahun 207 H dan wafat tahun 273 H

KELOMPOK IX
TEORI TAKHRIJ HADITS MANUAL
J. Pengertian Takhrij    :
-          Secara bahasa           :
·         Imbuhan dari kata Khuruj (keluar)
·         Sinonim Ikhraj yakni mengeluarkan atau menampakkan Hadits
-          Secara istilah              :
·         Menujukkan tempat/ nama kitab dimana Hadits yang dikutip itu berada
·         Merujuk sumber asli Hadits tersebut dengan menyebut pengarang yang meriwayatkannya
J. Manfaat Takhrij         :
*      Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu Hadits berada beserta ulama yang meriwayatkannya
*      Menambah perbendaharaan sanad hadit-hadits melalui kitab-kitab yang ditunujuki
*      Memperjelas keadaan sanad
*      Memperjelas hukum hadits dengan banyaknya riwayat tersebut
*      Dapat memperjelas rawi yang samar

J. Metode Takhrij          :
*      Melalui pengetahuan tentang sahabat yang meriwayatkannya
*      Melalui pengetahuan tentang lafal pertama hadits
*      Melalui pengetahuan tentang salah satu lafal hadits
*      Melalui pengetahuan tentang tema hadits
*      Melalui pengetahuan tentang sifat khusus sanad atau matan hadits

0 komentar:

Posting Komentar